Arsip Blog

Layanan PSK Rumahan di Jalur Pantura Jawa Barat

Layanan PSK Rumahan di Jalur Pantura Jawa Barat

Ketika anda melintas jalur pantura dari jalur Cikampek -Cirebon atau Karawang – Indramayu, Jawa Barat perhatikan diantara warung-warung makan remang dan cafe. Biasanya, tiap malam anda akan menemui warung-warung makan yang ramai dengan wanita-wanita berpenampilan seksi dengan makeup mencolok. Kadang beberapa diantara terlihat sedang merokok dengan rambut disemir blonde.

Beberapa warung remang itu ternyata bukan sekadar warung yang melayani kebutuhan perut tetapi juga memberikan layanan seks. Bahkan di bulan Ramadan seperti sekarang, aktivitas ini nyaris tidak terpengaruh.

Ketika malam tiba, puluhan warung makan dan cafe itu gemerlap dengan cahaya dan ramai dikunjungi manusia. Di teras-teras dan beranda berkumpul wanita cantik, nakal, dan menggoda. Mereka memikat pengguna jalan sambil mengajak melepas lelah di kafe-kafe itu. Pengguna jalan yang tertarik langsung melakukan tawar-menawar tentang servis yang dapat diberikan. Di jalur Karawang sampai Indramayu. Di kanan-kiri jalan, berjejer cafe-cafe dan warung remang-remang, yang menjajakan gadis muda sebagai teman melepas penat.

Jalur pantura dengan praktek prostitusi terbuka sudah lama ada. Wanita panggilan juga bisa didapatkan dengan mudah . Jika anda tak suka dengan ´koleksi´ yang ada, maka akan banyak ´makelar´ yang siap melayani kebutuhan anda. Asal anda cukup banyak uang, maka tipe apapun yang anda minta akan tersedia.

Mereka terang-terangan menggoda siapa saja yang melintas. Tak hanya itu, warung remang-remang dan rumah bordil berkedok karaoke menjamur sampai ke daerah pantai. Hanya beberapa kilometer dari jalur utama pantura, gubug-gubug bambu menghampar hingga ke tepi pantai. Tiap malam, tempat itu riuh oleh hentakan musik dangdut.

Tentunya, ada pelayan dan wanita penghibur yang siap menemani. Sekedar bersantap, bernyanyi, bahkan bisa juga menjadi bunga ranjang. Semua tergantung harga yang disepakati. Ironisnya, sebagian besar pelayan di warung remang-remang ini, adalah gadis remaja.

” Mau cari anak yang masih SMP juga ada. Khas sunda, cantik-cantik. ” ujar Cecep seorang makelar

Kondisi pelacuran di Jalur Pantura itu seolah menjadi sisi kelam Propinsi Jawa barat. Fenomena ini dari tahun ke tahun tak jua surut, meski pemda setempat telah melaukan pembinaan berkali-kali. Sebagian besar beralasan klasik, bahwa kemiskinan merupakan alasan praktek pelacuran. Karena itu, tak jarang para PSK yang beroperasi di Jalur Pantura ini masih bersaudara antara satu dengana lainnya.

Praktek prostitusi ini bahkan sudah menyebar, tak lagi berada di pinggir jalan tetapi beberapa rumah penduduk yang tak membuka usaha warung, juga menyediakan layanan wanita penghibur ini. Anda dapat membawanya keluar rumah atau bisa juga ´ santap ditempat´.

Fenomena pelacuran rumahan itu juga banyak terjadi di kawasan Subang, Jawa Barat,Sebagian besar penduduk di sini menggantungkan hidup dari bertani dan menjadi pekerja kasar. Tapi siapa sangka, di tempat itu, praktik prostitusi justru merajalela. Di desa itu, prostitusi seakan sudah menjadi rahasia umum penduduknya.

Anda jangan salah ! Praktek prostitusi disini bukan dilakukan di lokalisasi, tetapi di sebuah kampung biasa. Mereka melakukannya di rumah-rumah warga dan hal ini sudah berlangsung sangat lama. Menurut penuturan Lily — salah seorang PSK — pelacuran ini bahkan sudah menjadi mata pencaharian sampingan masyarakat setempat.
” Disini mah sudah biasa. Kalau siang ada yang jadi penjaga toko atau buruh pabrik. Tapi kalau malam ya ´melayani´ juga. Soalnya nggak cukup uang dari jaga toko. ” ujar Lily

Lokasi yang senyap di pedesaan menjadi daya tarik bagi mereka yang ingin melampiaskan hasrat. Soal tarif , wanita-wanita di kampung ini tak mematok tarif khusus.

Setelah harga disepakati, sang wanita mengajak ke kamar pribadi. Bagi PSK yang punya anak , saat melayani tamu, biasanya anaknya terpaksa diungsikan keluar rumah. Di rumah itulah, PSK rumahan biasa memberikan layanan kepada konsumen. Beberapa diantaranya tinggal bersama orang tua. Namun, orang tua mereka seperti ´merestui´nya, sehingga mereka tanpa canggung dalam memberikan layanan, meski kadang suara ´desahan´ terdengar sampai ke ruang tamu.

Biasanya, PSK rumahan memasang tarif antara Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu rupiah. Yang mengherankan, meski berlokasi di pedesaan, pelanggan tak pernah sepi. Ada saja lelaki hidung belang yang datang. Dunia hitam seolah menjadi sisi kehidupan yang tak pernah dapat dihilangkan.